Sabtu, 16 Juli 2011

Presiden, Kapan kau mau naik KRL?


Hai pak presiden? Apa kabarmu? Masih pusing? Semoga kamu bisa lebih santai dalam menjalani hidupmu  yang begitu penuh dengan masalah. Akupun heran, kenapa ada aja sih orang yang senang menggerecoki pekerjaanmu. Yach, semoga saja mereka kapok menggoyang posisi kamu, pak.

Oh iya, pak. Begini. Bapak sudah tahu kan soal perkembangan KRL Commuter Jabodetabek? Gini lho, pak. Kalo saya sih, sebagai pengguna sehari-hari KRL, sudah kebal dengan suasana sesak di dalam gerbong. Dari dulu hingga sekarang, perubahan yang dilakukan oleh pelaksana operasi KRL tak ada yang membuat nyaman penumpang.
Sebenarnya keberadaan KRL Express agak lumayan pada waktu lalu. Paling tidak, ada alternatif kereta untuk mencapai kantor lebih cepat. Meskipun tiketnya lebih mahal, tapi tak masalah dari pada saya terlambat masuk kantor. Kan saya ini karyawan yang baik, yang gak mau telat. gak mau malas.
Terus terang saja, pak. Saya mau melihat Bapak naik KRL saat ini. Saya tahu dulu waktu masih belum jadi apa-apa, Bapak adalah pelanggan setia KRL. Tetapi, jika masa lalu tersebut tak juga menumbuhkan empati Bapak terhadap pelanggan KRL, ya, monggo, silakan rasakan sendiri pak, saat ini saja.
Terserah Bapak mau dikawal atau tidak. Yang jelas, coba deh ikutan naik KRL pada jam-jam sibuk. Pagi atau petang. Tak perlu bilang-bilang kepada yang lain. Nanti percuma, mereka akan menciptakan kenyamanan yang dipaksakan untuk Bapak.
Jadi gimana, pak? Kapan Bapak mau naik KRL Commuter Jabodetabek? Kan dari rumah bisa langsung ke stasiun, lalu turun deh di Stasiun Juanda. Dari situ tinggal naik Bajaj ke Istana, atau minta dijemputlah sama supir Bapak. Atau mau bareng dengan saya? Kalau mau, kita janjian ajalah. Saya gampang ditemui koq, pak. Apalagi kalau Bapak yang butuh saya temani. Kalau ada apa-apa, kasih tau aja ya, pak!
Terima kasih, pak. Semoga bisa istirahat dengan tenang.
Jaga kesehatanmu!

Salam,

Rakiyat Endonesya


copy from : rakiyayendonesya.blogetik.com